post-image

Hadirkan Dekan Fakultas Syariah IAIN Ternate Prof Jubair Situmorang, DEMA FUAD IAIN Ternate Gelar Diskusi Tentang Nonako Diri

TERNATE – Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) fakultas ushuluddin adab dan dakwah (FUAD) IAIN Ternate, Maluku Utara, bersama Sanggar Marimoi IAIN Ternate, serta ikatan pelajar dan mahasiswa Sidanga (IKPSMS) kecamatan Kasiruta Barat, Halmahera Selatan menggelar diskusi bertajuk Nonako Diri di White House Coffe lingkungan Toloko kelurahan Sangaji Utara, kota Ternate, Kamis (1/5/2025) malam.

Diskusi yang berlangsung pada pukul 20.00 wit tersebut, menghadirkan guru besar bidang fikih Siyasah IAIN Ternate Prof Dr H Jubair Situmorang, M.Ag, serta dosen FUAD IAIN Ternate Usman Nomay, S.Ag., M.Ag sebagai pemateri.

Prof Jubair Situmorang ditemui usai melaksanakan diskusi mengatakan, kegiatan diskusi yang digagas oleh Dema Fuad IAIN Ternate patut diapresiasi, lantaran disaat diskusi mahasiswa tidak lagi berjalan secara rutin, terlebih saat ini anak muda memanfaatkan kafe hanya sebagai tempat nongkrong tanpa menghadirkan manfaat, justru Dema Fuad IAIN Ternate tampil menginspirasi.

“Justru di sini (White House Coffe, red) dilakukan kajian rutin dengan berbagai tema menarik terkait peristiwa atau momentum, hal ini bagi saya sangat menarik,” katanya.

“Mahasiswa yang hadir bukan hanya dari IAIN Ternate, melainkan ada juga dari kampus lain serta pelajar, ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka haus akan ilmu, dan tentunya senang dengan kajian-kajian keilmuan dan diskusi seperti ini,” sambungnya.

Menurut dia, tema yang diusung pada kegiatan diskusi terkait Nonako Diri atau mengkaji diri, merupakan tema yang cukup menarik, karena mengkaji tentang peran dan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Untuk itu, lanjut dia, jika manusia menyadari tugas dan fungsinya, praktis dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan yang perintahkan di dalam agama. Hal ini, kata dia, nantinya memudahkan manusia di akhir kehidupan, karena telah mengejewantahkan tugas dan tanggungjawab sebagai khalifah.

Terkait tugas dan tanggungjawab sebagai khalifah, menurut dia, khususnya di Maluku Utara, perlu dilakukan pemaksaan, yakni memaksa diri kita, masyarakat, dan pemerintah untuk benar-benar dan serius menjalankan tugas, dan tanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya kita.

“Dalam konteks Maluku Utara, selain menjalankan kehidupan dengan mengacu pada perintah agama, di sisi lain, kita dituntut untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya yang kita yakini bahwa hal itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kita di Maluku Utara,” ujarnya.

Dia menilai, hal tersebut harus diawali dari kampus, yakni akademisi dan mahasiswa harus tampil dengan pikiran dan konsep, yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sosial, sehingga dapat menghadirkan perubahan di tengah-tengah masyarakat.

“Karena itu, mahasiswa harus memberikan peran yang aktif untuk “memaksa” dengan cara positif, agar merubah pola pikir masyarakat untuk mengingat tugas dan peran sebagai khalifah yang senantiasa menjalankan tugas sesuai nilai-nilai agama dan budaya luhur kita,” jelasnya.

Selain menjalani kehidupan dengan mengacu pada nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya lokal. Di sisi lain, lanjut dia, manusia juga dituntut untuk menjaga lingkungan, agar nantinya menghadirkan dampak positif untuk keberlangsungan kehidupan. Menurut dia, jika akademisi dan mahasiswa memberi perhatian terhadap lingkungan hidup, praktis ikut berperan dalam kelestarian lingkungan.

“Di Maluku Utara terdapat sejumlah perusahan yang mengelola sumber daya alam, ini menjadi perhatian kita, khususnya kalangan akademisi dan mahasiswa, untuk memberikan pikiran dan konsep terkait pengelolaan lingkungan, agar lingkungan kita tetap terjaga dengan baik,” terangnya.

Pria kelahiran Medan Sumatera Utara yang juga sebagai Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Ternate itu bilang, saat ini paradigma kampus telah berubah dari kampus merdeka menjadi kampus berdampak. Tuntutan dari kampus berdampak itu, kata dia, salah satunya mahasiswa adalah mahasiswa senantiasa melakukan hal-hal yang memberi dampak positif terhadap masyarakat.

“Kita berharap mahasiswa yang berada di kampus-kampus di Maluku Utara harus memberikan dampak, karena mereka sudah dibekali dengan berbagai teori, dan paradigma-paradigma, kemudian dituntut memberi peran di tengah-tengah masyarakat berdasarkan ilmu yang didapatkan di kampus,” jelasnya.

“Saya yakin dengan paradigma baru kampus ini, mahasiswa akan memberi peran lebih di tengah-tengah masyarakat,” katanya, mengakhiri. (*)