• Institut Agama Islam Negeri Ternate Indonesia

Gelar Kuliah Praktisi, Prodi SPI FUAD IAIN Ternate Hadirkan Guru Besar Historiografi Islam UIN Alauddin Makassar

Gelar Kuliah Praktisi, Prodi SPI FUAD IAIN Ternate Hadirkan Guru Besar Historiografi Islam UIN Alauddin Makassar

Keterangan Foto: Tangkapan layar saat berlangsungnya kegiatan kuliah praktisi prodi SPI FUAD IAIN Ternate.

 
TERNATE – Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate sukses menggelar kuliah praktisi untuk mahasiswa. 

Kuliah praktisi yang berlangsung pada kamis (11/12/2025) pagi via Zoom Meeting tersebut, menghadirkan Guru Besar Historiografi Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof Dr Syamzan Syukur, M.Ag. 

Kuliah praktisi dengan mengusung tema Historiografi Pasca-Interpretasi: Dari Makna ke Pembentukan Narasi Sejarah, dengan tujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang metodologi penelitian sejarah, serta memahami konsep-konsep dasar dan lanjutan mengenai historiografi kontemporer. 

Koordinator program studi (Koorprodi) SPI FUAD IAIN Ternate, Misbahuddin, S.PdI., M.Hum saat membuka kegiatan kuliah praktisi menyampaikan bahwa prodi SPI FUAD IAIN Ternate tetap berkomitmen untuk terus melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis demi mendukung peningkatan mutu pembelajaran di prodi SPI. 

Selain itu, dia menegaskan bahwa kegiatan akademik yang dilaksanakan pada hakikatnya untuk memperkaya wawasan mahasiswa tentang bidang keilmuan yang mereka geluti, serta mendorong mahasiswa mengusung target menyelesaikan studi tepat waktu, demi menegaskan pencapaian prodi soal efektivitas keberhasilan studi. 

“Kami terus terus berkomitmen melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mahasiswa serta program studi dan fakultas,” ujar Misbahuddin, Kamis (11/12/2025). 

“Kami di prodi berharap semangat belajar mahasiswa dapat terus terjaga dalam setiap aktivitas akademik, agar dapat menuntaskan target prodi, yakni menghasilkan lulusan tepat waktu,” sambungnya. 

Dia menambahkan, pihaknya menghadirkan Guru Besar Historiografi Islam UIN Alauddin Makassar  Prof Dr Syamzan Syukur, M.Ag lantaran akademisi kelahiran Luwu, 1 April 1973 itu telah lama berkecimpung dalam pengembangan metodologi penelitian sejarah. 

Untuk itu, lanjut dia, kehadiran Prof Syamzan Syukur diharapkan memberikan pengalaman akademik yang berharga bagi mahasiswa pada prodi SPI FUAD IAIN Ternate. 

“Terutama dalam memahami konsep-konsep dasar dan lanjutan mengenai historiografi kontemporer. Hal ini sejalan dengan upaya prodi untuk memperkuat landasan metodologis mahasiswa agar lebih siap menyelesaikan tugas akhir secara efektif,” katanya. 

Dia menjelaskan, kegiatan kuliah praktisi pada prinsipnya sebagai ruang diskusi yang produktif, di mana mahasiswa dapat menyampaikan pertanyaan langsung kepada narasumber terkait hambatan dalam melakukan peneltian sejarah Islam. 

Dari kuliah praktisi, lanjut dia, memberi gambaran bagi prodi untuk menciptakan atmosfir akademik yang konstruktif dan memperkuat upaya prodi dalam menyediakan pendampingan berkelanjutan bagi mahasiswa. 

“Prodi SPI menilai bahwa kegiatan semacam ini sangat efektif dalam mendorong percepatan studi mahasiswa serta meningkatkan keberhasilan akademik secara keseluruhan,” tandasnya. 

Sementara itu dalam paparanya, Prof Syamzan menjelaskan secara mendalam mengenai proses pasca-interpretasi dalam historiografi, yaitu tahapan-tahapan penting ketika makna yang diperoleh dari sumber sejarah, yang kemudian diolah menjadi narasi ilmiah yang terstruktur. 

“Ini memberikan wawasan baru bagi mahasiswa tentang pentingnya analisis kritis dan ketelitian metodologis dalam penulisan karya ilmiah,” ujarnya. 

“Saya berharap, melalui materi ini membantu mahasiswa mengatasi hambatan akademik, khususnya dalam penyusunan skripsi,” imbuhnya. 

Prof Syamzan menerangkan, historiografi sebagai disiplin ilmu kini telah mengalami perkembangan yang panjang dan dinamis serta mengubah paradigma baru. Menurut dia, sejarah bukan sekadar rekaman masa lalu, tapi konstruksi naratif yang terbentuk melalui proses seleksi, interpretasi dan penyusunan makna. 

Dia mengungkapkan, untuk memahami Historiografi Pasca-Interpretasi secara baik, maka dituntut harus memahami landasan teori dari interpretasi ke pasca-interpretasi, tiga landasan teori itu yakni, historiografi sebagai representasi, pergeseran menuju pasca-interpretasi, dan pengaruh teoritikus utama. 

“Satu peristiwa menghadirkan banyak versi, kenapa? Penulis beda kepentingan dan beda mood, untuk itu mahasiswa wajib belajar memilah dan membaca lintas sumber,” ucapnya. 

Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar itu mengatakan untuk belajar memaknai narasi secara komprehensif, maka mahasiswa dituntut harus memahami narasi di balik narasi, yakni siapa penulisnya, apa kepentinganya, siapa yang tidak disebutkan dan apa konteks sosial politiknya. 

Dia menambahkan, di era digital saat in menghadirkan tantangan baru, di mana memunculkan narasi-narasi yang bias tentang sejarah, sehingga dalam menyikapinya harus memiliki literasi sejarah yang kuat. 

“Saat ini muncul sejarawan TikTok, mereka menarasikan judul bombastic demi cepat viral, untuk itu mahasiswa harus punya literasi yang kuat,” pungkasnya.