post-image

Mengenal Lebih Dekat Fatmawati Madjodjo, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ternate

.Pada tahun 1989, mempelajari ilmu komputer dan mahir mengoperasikannya, merupakan modal berharga bagi setiap anak muda untuk terjun di dunia kerja. Jangankan komputer, pada era ini, mesin ketik manual pun tidak semua orang miliki, hanya orang-orang yang dikategorikan kelas menengah ke atas lah yang sanggup memilikinya.

Selain itu, kala itu, mesin ketik memang sering dijumpai pada kantor-kantor pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN) dan Swasta, serta lembaga pendidikan. Untuk itu, menguasai ilmu komputer tentu memudahkan langkah setiap orang untuk bisa diterima pada semua jenis pekerjaan; baik di sektor pemerintah maupun swasta.
Hal inilah yang memantik Fatmawati Madjojo untuk menimbah ilmu komputer di kota Bogor Jawa Barat seusai lulus SMA pada 1986. Ketika itu, dorongan orangtua untuk lanjut studi di Perguruan Tinggi memang cukup kuat, namun ia lebih memilih mengikuti kursus komputer terlebih dahulu.

“Setelah lulus di SMA Muhammadiyah Ternate pada tahun 1986, saya memilih mengikuti kursus komputer di kota Bogor, kebetulan di Bogor ada keluarga, jadi saya merasa nyaman” ujarnya, saat ditemui di ruang kerjanya, Jum’at, 3 Mei 2024.

Selama setahun menimbah ilmu pada salah satu lembaga kursus komputer di kota Bogor. Perempuan kelahiran Tidore 26 Juni 1966 ini, kemudian memutuskan untuk kembali pulang ke Ternate, walaupun kala itu peluang bekerja di ibu kota sangat terbuka lebar, namun bekerja di daerah asal merupakan salah satu impiannya.

Untuk itu, sekembali dari kota Bogor Jawa Barat, dengan bekal ilmu komputer yang ia miliki, memudahkan ia bekerja di sektor pemerintah maupun swasta, terlebih ketika itu, anak muda yang memiliki skill di bidang Informasi Teknologi (IT) memang masih terbilang langka, sehingga alumni SD Islamiyah 2 Ternate ini tak membutuhkan waktu lama untuk terjun ke dunia kerja.

Tepat pada tahun 1989, ia akhirnya diterima bekerja sebagai operator komputer pada PT ANTAM Tbk di kabupaten Halmahera Tengah. Walaupun bekerja di sektor pertambangan dengan penghasilan yang terbilang cukup lumayan kala itu, namun tak lantas membuat ia tetap mengabdikan diri di salah satu perusahan pertambangan terbesar di Maluku Utara tersebut.

Karena tepat pada 1991, alumni SMPN 1 Ternate ini memilih resign dari pekerjaan, Keputusan tersebut tentu tak terlepas dari memusatkan perhatian pada keluarganya. Terlebih memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sehingga membuat dirinya lebih konsentrasi menjadi ibu rumah tangga (IRT) untuk mengurus keluarga.

“Sejak berhenti bekerja di PT ANTAM Tbk, saya memang fokus mengurus keluarga,” akunya

Istri dari Zulkifli Suaib, S.E., M.Si ini mengungkapkan, semenjak bekerja di PT ANTAM Tbk, ia kerap bertemu dengan sejumlah tenaga pendidik dari IAIN Ternate, mereka sering diundang mengisi ceramah oleh PT ANTAM Tbk pada hari-hari besar keagamaan, maupun pada bulan ramadan.

Dari sejumlah tenaga pendidik yang sering diundang oleh PT ANTAM Tbk, satu-satunya yang ia cukup kenal akrab yaitu gurunya di SMA Muhammadiyah Ternate, (alm) Drs Sulaiman L Azis, M.Si.

“Saat itu, kami karyawan PT ANTAM Tbk sering mengikuti ceramah yang disampaikan pak Sulaiman L Azis, serta Pak Abdullah Lapangandong, karena mereka memang sering diundang oleh PT ANTAM Tbk,” ucapnya

“Kalau Pak Sulaiman L Azis, adalah guru saya di SMA Muhammadiyah Ternate, jadi saya sangat kenal dekat, selain itu beliau juga akrab dengan bapak saya, karena mereka sama-sama pengurus Muhammadiyah,” tambahnya.

Ia menjelaskan, pada suatu kali gurunya tersebut ketika diundang mengisi ceramah di PT ANTAM Tbk, namun tidak lagi melihatnya dirinya mengikuti kegiatan siraman rohani tersebut, lantaran ia telah resign bekerja di PT ANTAM Tbk,

Untuk itu, mantan gurunya di SMA Muhammadiyah tersebut ketika kembali ke Ternate, dan bertemu dengan orangtuanya pada salah satu hajatan keluarga di lingkungan Falajawa 2 kelurahan Bastiong Karance, kecamatan Ternate Selatan, kemudian menanyakan perihal pekerjaan terbarunya.
Drs Sulaiman L Azis, M.Si ingin mencari tahu, lantaran ia berkeinginan jika mantan siswa-nya di SMA itu bekerja sebagai tenaga administrasi di IAIN Alauddin Ternate.

Syahdan, pada tahun 1996, bertepatan dengan mutasi salah tenaga honorer di IAIN Alauddin Ternate ke Departemen Agama (Depag) Kota Ternate, membuat salah satu posisi di bagian administrasi menjadi lowong, kondisi inilah membuat Drs Sulaiman L Azis, M.Si melancarkan “jurus sakti” untuk mengajak mantan siswa-nya tersebut bekerja di IAIN Alauddin Ternate.

Keinginan Drs Sulaiman L Azis, M.Si agar Wati (sapaan akrabnya) bekerja di IAIN Alauddin Ternate, lantaran ia sangat tahu persis kemampuan dia, terlebih sebagai siswa yang cukup diandalkan semasa di bangku SMA Muhammadiyah Ternate, serta telah mengantongi sertifikat ilmu komputer dan pernah bekerja di PT ANTAM Tbk , sehingga ia merasa bahwa jika Fatmawati bergabung di IAIN Alauddin Ternate, tentu dapat mendongkrak kinerja administrasi kampus.
“Saya mulai resmi menjadi pegawai honorer di IAIN Alauddin Ternate pada 1996, saat itu gaji per bulannya Rp 75 ribu,” bebernya

“Karena berteman akrab dengan Ibu Nona Djoronga (staf administrasi IAIN Alauddin Ternate), jadi saya lebih banyak mendapat informasi tentang IAIN Alauddin Ternate dari dia (Ibu Nona), terlebih dia juga yang mengajak saya untuk bekerja di IAIN,” kenangnya

Walaupun dengan pendapatan yang tak sebanding dengan bekerja di PT ANTAM Tbk, tapi ibu dari Haribudin Zulkifli Suaib dan Muhammad Zulfandi Zulkifli, ini tetap mengulas senyum optimis bekerja di IAIN Alauddin Ternate.

Karena, menurut dia, selain lokasi kampus yang berdekatan dengan rumahnya, di sisi lain, memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai PNS membuat dirinya tak begitu risau dengan pendapatannya pada setiap bulan sebagai pegawai honorer.

Perempuan cukup akrab dengan mahasiswa ini mengungkapkan, sebagai pegawai honorer dengan pendapatan yang terbilang standar, tapi menurut dia, kala itu semua staf administrasi bekerja dengan mengusung semangat tinggi.

Pasalnya, para pimpinan ketika itu, sangat paham soal membakar semangat para tenaga administrasi. Untuk itu, dia bilang, walaupun kondisi saat itu dengan keterbatasan tenaga administrasi, tapi mereka memiliki semangat kerja yang tinggi.

“Saya masih ingat, bapak dari Ibu Ilmiyati (Kasubbag TU Fasya IAIN Ternate), (alm) Djafar Sandiah, beliau sebagai Penanggung Jawab Proyek Konstruksi atau Pimpro (Pemimpin Proyek) ketika mendapat uang dari pembangunan gedung kuliah, beliau berbagi kepada kami para tenaga honorer, dan hal tersebut tetap berlangsung pada setiap tahun, karena beliau sering bilang, rezeki harus berbagi biar bekerja jadi semangat,” ucapnya

“Almarhum Om Djafar, adalah salah satu sosok yang membangun keakraban para tenaga administrasi di IAIN Alauddin Ternate,” imbuhnya.
Karena, sering berbagi; baik honor pelaksanaan kegiatan akademik maupun proyek pembangunan gedung kampus, menurut mantan staf LP2M ini, ketika itu mereka bekerja sangat kompak. Saling membantu satu sama lainnya.

Dan, kekompokkan tersebut, kata dia, bukan hanya berlangsung selama berada di kantor atau kampus, melainkan terbawa hingga di lingkungan masyarakat. Seperti saling besuk jika ada teman kantor yang jatuh sakit atau menimpa musibah.

“Saya kira keakraban tersebut dibangun atas dasar tadi (berbagi rezeki) di kantor oleh sejumlah pimpinan, jadi wajar jika kami ketika itu sangat kompak dalam bekerja,” katanya

Sejak menjadi tenaga honorer di IAIN Alauddin Ternate pada 1996 sebagai operator komputer, berselang 6 tahun kemudian setelah IAIN Alauddin Ternate resmi menjadi Sekolah Tinggi Agama Negeri (STAIN) Ternate. Dan tepat pada tahun 2004 ia resmi ditetapkan sebagai PNS, setelah lulus mengikuti seleksi CPNS pada 2003 bersama sejumlah tenaga honorer.

Jika sebelumnya sebagai operator kumputer, maka sejak resmi menjadi PNS pada 2004, ia ditempatkan sebagai staf pada Sub Bagian Keuangan sebagai pembantu bendahara gaji hingga pada 2005.

Setelah dari Subbag Keuangan, ibu dua anak ini, kemudian dipindahtugaskan sebagai staf Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), tepatnya pada tahun 2006.

Tak berlangsung lama di bagian akademik, ia kemudian dipindahkan untuk mengurusi administrasi pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M). Di unit inilah, alumni SMPN 1 Ternate ini mulai melanjutkan studi ke jenjang strata satu (S-1).

Karena pada saat itu, salah satu kebijakan yang digulirkan Kepala Bagian (Kabag) Administrasi STAIN Ternate, Drs H Ibrahim Muhammad dan ketua STAIN Ternate Drs Abdjan Jahja, M.Ag yakni semua tenaga kependidikan yang belum bergelar sarjana diberi peluang untuk melanjutkan studi.

Kebijakan inilah yang kemudian ikut dirasakan ibu Fatmawati Madjodjo. Sebab, di tengah melaksanakan aktivitas kantor, ia juga membagi waktu untuk berkuliah pada Jurusan Tarbiyah dengan mengambil program studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

“Sejujurnya, harus torang (kita, red) mengucapkan syukur, karena mendapat pimpinan yang memiliki perhatian besar terhadap bawahan (tenaga administrasi),” ujarnya

Selain bekerja sebagai staf di LP2M STAIN Ternate dari 2007-2011, tepat pada tahun 2012, ia juga ditugaskan sebagai staf pada Jurusan Tarbiyah, hingga STAIN Ternate resmi berlaih status pada 2014 menjadi IAIN Ternate.

Sehingga, terhitung sepanjang 2012-2019, ia menjadi staf administrasi pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Ternate, dan di FTIK lah, ia kemudian dipromosikan menduduki jabatan sebagai Kepala Sub Bagian Tata usaha Pascasarjana IAIN Ternate pada tahun 2019.

Menjadi Kasubbag TU Pascasarjana, ia mengakui mendapat beragam pengalaman menarik yang ikut mendorongnya lebih semangat mencintai pekerjaan.
“Mencintai pekerjaan, sama halnya kita mencintai kehidupan, untuk menatap masa depan yang jauh lebih, setidaknya harus dimulai dari mencintai pekerjaan yang kita geluti,” tuturnya seraya menyungging senyum.

Walupun begitu, menjalani tugas di pascasarjana IAIN Ternate hanya berlangsung selama 3 tahun, karena tepat pada tahun 2023, perempuan 58 tahun ini akhirnya dipindah tugaskan menjadi Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Ternate.

Bekerja sebagai staf tentu jauh berbeda saat diserahi tugas sebagai pimpinan unit, karena pada titik inilah, harus membutuhkan effort yang besar untuk men-drive para staf dalam melaksanakan tugas pokoknya.

Hal inilah yang ia lakukan saat mendapat kepercayaan menjadi pimpinan unit di Pascasarjana, maupun pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jika di Pascasarjana ikut memberi kontribusi pada kegiatan akreditasi program studi, maka hal yang sama pun ia lakukan saat memimpin sejumlah staf untuk kegiatan akreditasi prodi pada fakultas Ekonomi.

Tentu pengabdiannya kepada IAIN Ternate, dapat mengajarkan pada anak-anak muda soal profesionalisme yang berlandaskan pada pelayanan yang baik serta bertanggungjawab.

“Anak-anak muda saat ini sepatutnya merasa bersyukur, karena bekerja dengan fasilitas yang komplit, jadi apapun alasannya harus tetap mencintai pekerjaan, terlebih untuk saling mendukung demi kemajuan lembaga,” pesannya.

Selain rutin menjalani aktivitas kantor, tugas utama sebagai ibu rumah tangga pun tak luput dari perhatiannya, hingga mengantarkan dua buah hatinya: Haribudin dan Zulfandi ke Perguruan Tinggi (PT); Universitas Khairun Ternate dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur.

Mengabdi di IAIN Ternate sejak 1996, tentu menghadirkan ribuan kisah yang menginspirasi bagi civitas akademika IAIN Ternate. Kini, kiprah perempuan bersahaja itu, telah mencapai penghujung pengabdiannya.

Di mana, di penghujung bulan Juni 2024 nanti, ia secara resmi mengakhiri pengabdiannya di IAIN Ternate. Ia mengaku setelah purna tugas, ia bakal berkonsentrasi sebagai wiraswasta dan memusatkan perhatian untuk keluarganya.

“Iya, saya akan lebih konsentrasi untuk keluarga dan menggulirkan bisnis,” katanya mengakhiri. (*)