post-image

Mengenang Mendiang Abdjan Jahja (Mantan ketua STAIN Ternate Periode 2006-2010), Sosok Penting di Balik Transformasi STAIN ke IAIN

Saya masih ingat betul momen pada medio Juni 2004 silam, tepat di siang hari, seusai saya memimpin sidang Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) di eks gedung perpustakaan STAIN Ternate (kini gedung kuliah terpadu), saya lalu mengajak seorang kawan menuju ke gedung utama STAIN Ternate (kini gedung rektorat). Tujuan kami kala itu membidik Pembantu Ketua (Puket) I Bapak Drs Abdjan Jahja, M.Ag untuk meminta uang membeli makanan.

Setelah menaiki tangga menuju lantai dua, kami langsung bergegas menuju ke ruangan-nya, kebetulan kala itu, pintu ruangan-nya memang tidak tertutup rapat, sehingga dengan mudah kami memastikan keberadaan beliau di dalam ruangan.

Setelah melempar salam, kami dipersilahkan masuk, saya langsung menyampaikan tujuan kami bertemu dengan beliau, tanpa menunggu lama, beliau menarik laci meja-nya, dan menyerahkan sejumlah rupiah kepada saya.

Setelah mengantongi uang pemberiannya, kami bergegas menuju ke pasar Dufa-Dufa menyantap makanan, kemudian balik lagi ke kampus melanjutkan agenda persidangan di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM).

Itulah, satu dari sekian momen penting kala masih tercatat sebagai mahasiswa S-1 STAIN Ternate, yang hingga kini tertancap kuat dalam ingatan. Ingatan tentang kiprah salah satu tokoh penting yang memiliki andil besar terhadap transformasi STAIN menjadi IAIN Ternate pada 2014 silam.

Selain beragam kisah saat bertemu beliau di dalam kelas, tentu banyak catatan penting juga yang terekam dalam benak saya, saat resmi menjadi PNS di STAIN Ternate pada 2006 silam, lantaran pada periode 2006-2010 beliau menjabat sebagai Ketua STAIN Ternate.

H. Abdjan Jahja, merupakan salah satu tokoh penting di STAIN Ternate (kini IAIN), punya perjalanan karir yang terbilang sangat spesial, betapa tidak, sebelum resmi menjabat sebagai Ketua STAIN Ternate. Ia terlebih dahulu menjabat sebagai Pembantu Ketua STAIN Ternate sebanyak tiga kali.

Dimulai dari menjadi Pembantu Ketua III bidang kemahasiswaan pada 1997 silam, kemudian ia kembali dipercayakan menjadi Wakil Ketua II bidang Administrasi dan Keuangan pada 1997-1998, karena berkinerja baik serta amanah, sehingga ayah 4 putri ini pun tetap mendapat kepercayaan mengembang tugas sebagai Pembantu Ketua STAIN I bidang Akademik periode 2002-2006.

Nah, di periode inilah, ia meraih impian terbesarnya, yakni setelah Ketua STAIN Ternate kala itu, Yahya Abdurahman Misbah, memilih tidak lagi mencalonkan diri, kemudian memercayakan kepada beliau sebagai pemimpin STAIN Ternate periode 2006-2010.

Ia resmi menjadi ketua STAIN Ternate, setelah Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh Basyuni menerbitkan Surat Keputusan bernomor B.II/2/0545/2006 tertanggal 15 Mei 2006. Dengan Keputusan Menteri Agama tersebut, sehingga H. Abdjan Jahja resmi menjadi Ketua STAIN Ternate periode 2006-2010.

Cerita-cerita soal kepemimpinan di STAIN Ternate kala itu memang sangat menginspirasi, seperti dituturkan Drs Hamid Laonso saat saya mendampingi beliau memberi perkuliahan di STAIN Ternate kelas Tidore pada 2005 silam.

Kata dia, untuk menjadi ketua STAIN Ternate kala itu, mereka [membuat perjanjian]”, seperti seusai si A, mereka menyepakati si B dan selanjutnya, dan hal itu berlangsung hanya 1 periode. Pola ini yang saya sering bilang ke teman-teman, bahwa kempemimpinan rasa kekeluargaan.

H. Abdjan Jahja, atau lebih akrab disapa Om Jan bagi kalangan dosen STAIN Ternate kala itu, selain memiliki jejak karir yang cemerlang, ia juga dinilai memiliki kepekaan sosial tinggi. Hal ini ia wujudkan sepanjang memimpin STAIN Ternate (2006-2010).

Sehingga, ia dan mantan ketua STAIN Ternate Yahya Abdurahman Misbah, dinilai sebagai dua tokoh penting peletakan dasar (membangun SDM) di STAIN Ternate. Cerita-cerita tentang keduanya berkontribusi dalam pembangunan SDM, tentu sangat panjang jika urai secara detail, lantaran penulis kerap kali mendampingi mendiang Hamid Laonso, sehingga dengan mudah menyerap cerita-cerita dari dua tokoh penting di STAIN Ternate tersebut.

Selain itu, beliau merupakan sosok yang memiliki sikap welas asih begitu tinggi terhadap setiap orang. Untuk itu, H. Abdjan Jahja, di mata mahasiswa, adalah sosok yang menyenangkan, seperti dalam Wawancara dosen FUAD IAIN Ternate, Usman Nomay kepada salah satu kolega H. Abdjan Jahja, yakni Suleman L. Azis, beliau menuturkan, tentang sosok H. Abdjan Jahja sebagai pribadi yang sederhana dan suka membantu.

Seperti di kampus, kata Suleman L. Azis, dengan cara Bil-hikmah-nya, mahasiswa merasa puas, apabila di jadwal kuliah mereka terpampang nama H. Abdjan Jahja. Sosok H. Abdjan Jahja, memang sangat dikagumi mahasiswa, lantaran beliau tidak pernah menyulitkan mahasiswa, “…bahwa tidak ada anak didik beliau yang tidak lulus pada mata kuliah yang beiau ajarkan. Kecuali mahasiswa tersebut membuat dirinya tidak lulus,” Tulis Usman Nomay dalam Kumpulan Ulama Maluku Utara.

Hal seperti itu pun ia lakukan selama menjabat sebagai Ketua STAIN Ternate, jika ada kesalahan administrasi pelaksanaan kegiatan kantor, lantas mendapat temuan atau teguran dari tim pemeriksa seperti Inspektorat atau BPK, beliau-lah tampil terdepan dalam membela bawahan-nya.

Untuk itu, kata-kata paling fenomenal dalam merepsentasikan kepemimpinan beliau adalah, “Anak Buah Tidak Salah, Kesalahan Anak Buah adalah Kesalahan Pimpinan”. Dan, kata-kata ini sangat kuat tertancap dalam ingatan saya, bahkan kawan saya Muhammad Yunus (staf di Keuangan IAIN Ternate) cukup tahu jelas tentang kata-kata ini.

Dengan gaya yang humanis dalam memimpin STAIN Ternate, bukan hanya ungkapan tersebut sangat populer, melainkan salah satu ungkapan disampaikan mendiang Suleman L. Azis soal kiprah beliau adalah: “Saya tidak pernah menyuruh seseorang, tetapi saya meminta tolong” Inilah membuat sosok H. Abdjan Jahja cukup disenangi berbagai kalangan.

Secara pribadi, penulis sangat menaruh hormat kepada beliau dalam memimpin STAIN Ternate, selain beliau memusatkan perhatian pada pembangunan SDM tenaga pendidik. Perhatian yang sama pun, ia curahkan kepada tenaga kependidikan.

Tentu perhatian pada tenaga pendidik serta tenaga kependidikan, juga tidak terlepas dari peran besar orang yang sangat ia andalkan, yakni Drs H. Ibrahim Muhammad, M.Pd sebagai Kepala Bagian Administrasi STAIN Ternate kala itu.

Gebrakan H. Ibrahim Muhammad lah dinilai ikut menyokong kesuksesan H. Abdjan Jahja sebagai ketua STAIN Ternate. Satu catatan penting yang saat ini tetap tersimpan rapih di dalam benak saya adalah peran keduanya mendorong tenaga kependidikan yang belum bergelar Sarjana untuk melanjutkan studi.
Kebijakan populis yang gulirkan kala itu, memang sempat mendapat [hadangan] dari sejumlah oknum tenaga pendidik, yang menilai tenaga administrasi tak perlu lanjut studi cukup hanya tenaga pendidik.

Namun, keduanya mendobrak cara berpikir “sesat” sejumlah oknum tenaga pendidik, bahwa tenaga kependidikan juga wajib diserahi beasiswa untuk lanjut studi. Coba bayangkan, jika tenaga administasi di STAIN Ternate kala itu tidak melanjutkan studi ke S-1, praktis secara administrasi mereka sangat memengaruhi proses akreditasi pada setiap program studi di STAIN maupun IAIN Ternate saat ini.

Terlepas dari, proyeksi jangka panjang bagi H. Abdjan Jahja dan H. Ibrahim Muhammad dalam membangun SDM. Di sisi lain, penulis potret dari program yang humanis tersebut adalah dengan meraih gelar Sarjana, praktis nasib mereka (tenaga kependidikan) ikut terkerek.

Bukan hanya beasiswa yang diserahkan kepada tenaga kependidikan untuk lanjut studi, melainkan kala itu, semua tenaga kependidikan pun wajib mengikuti kursus Komputer yang dibiayai kampus. Dan, saya masih ingat betul, kala itu STAIN Ternate bekerjasama dengan salah satu lembaga kursus komputer milik dosen STAIN Ternate, Noho Ulidam. Mengingat perhatian keduanya dalam mendukung tenaga kependidikan STAIN Ternate memang patut diapresiasi.

Keberpihakan keduanya begitu besar, dalam men-support tenaga kependidikan, sehingga kerap saya sampaikan kepada sejumlah teman di IAIN Ternate, bayangkan jika saja kala itu, program pemberian beasiswa dan kursus komputer gratis tidak dilakukan. Mungkin saat ini, ceritanya menjadi lain, bagi para tenaga kependidikan di IAIN Ternate.

H. Abdjan Jahja, merupakan putra kelahiran Gotowasi, Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, yang melahirkan begitu banyak kisah yang menginspirasi para akademisi di IAIN Ternate.

Ia merupakan satu dari sekian tokoh di STAIN Ternate yang memiliki andil besar soal transformasi STAIN ke IAIN Ternate, selain mengikuti jejak mantan ketua STAIN Yahya Abdurahman Misbah dalam membangun SDM di STAIN Ternate.

Tentu, fasilitas penunjang perkuliahan maupun infrastruktur juga menjadi perhatian penting beliau, lantaran penulis juga merupakan sala satu tenaga yang terlibat mengsekusi program beliau melalui Panitia Pengadaan Barang dan Jasa kala itu.

Selain perhatian tersebut, salah satu prestasi yang melambungkan namanya saat memimpin STAIN Ternate adalah menghadrikan program Pascasarjana (S-2) STAIN Ternate. Terobosan ini, dinilai oleh berbagai kalangan sebagai langkah memuluskan transformasi STAIN menjadi IAIN Ternate pada 2014 silam.

Selain dikenal sebagai pemimpin bertangan dingin di STAIN Ternate, ayah dari 4 putri ini, memang cukup dikenal sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah di Maluku Utara. Sehingga, begitu beliau dipanggil Yang Maha Kuasa, nama beliau pun diapresiasi oleh PW Muhammadiyah Maluku Utara.

Namanya kemudian disematkan pada salah satu gedung Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 2013 silam. (*)