Mengenang Kepergian K.H Harun Ginoni, Sosok Panutan Yang Kharismatik
Di tengah geliat aktivitas masyarakat di pagi hari, dari kejauhan kabar duka menggema pagi, dari menara masjid Al Islah merambat di telinga warga lingkungan Skep kelurahan Salahudin, kecamatan Ternate Tengah, Sabtu (11/11/2023).
Kabar tentang berpulangnya sosok kharismatik, Drs. H. Harun Ginoni, M.HI. Kabar duka itu pun perlahan-lahan merambah civitas akademika IAIN Ternate. Sontak, beragam platform media sosial yang mereka miliki pun riuh dengan kabar duka dari dosen pemurah senyum itu.
Ustad Harun, demikian akrab disapa oleh para dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. Ia merupakan dosen yang sangat disiplin menunaikan tugasnya sebagai akademisi di IAIN Ternate. Bahkan, semangatnya pun kontras dengan usianya. Lantaran di usia senjanya, tidak sedikit pun terlihat semangatnya memudar. Ia tetap mengibarkan semangat seperti dulu.
Selain dikenal disiplin menjalankan tugas, ustad Harun dicitrakan sebagai sosok pendiam, tenang, seperti air mengalir tentram. Konon, sejumlah dosen kerap bergurau, satu-satunya dosen yang patut diteladani adalah ustad Harun. Teladani soal sikap welas asih, kejujuran, disiplin, dan tentu kesederhanaannya.
Kesederhanaannya memang telah menjadi bagian yang lekat dengan kehidupannya. Di saat anak-anak muda datang ke kampus dengan mobil, beliau tetap tampil seadanya. Ia tak pernah mengobral kemewahan. Bahkan, sejak 2006 silam, kala saya resmi menjadi pegawai di STAIN Ternate, hingga kini saya tetap menyaksikan beliau lebih enjoi dengan sepeda motor butut miliknya.
Hal ini bukan berarti beliau tidak memiliki banyak uang, sehingga tak mampu membeli kendaraan seperti yang lainnya. Namun, sebagai seoarang ulama, beliau menunjukkan bahwa kemewahan bukan dari segalanya, melainkan yang terpenting adalah ilmu pengetahuan. Inilah membuat beliau sangat dihargai kapan saja dan di mana saja.
Bahkan, beliau termasuk satu-satunya akademisi yang kerap diandalkan, jika kampus ini melangsungkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ia sering tampil sebagai penceramah, untuk mengedukasi masyarakat.
Seperti yang ia tunjukkan pada perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw oktober lalu. Kala saya dan teman-teman asyik menikmati kopi di kelurahan Tabahawa, sambil menyimak pesan-pesan dakwahnya melalui pengeras suara pada salah satu masjid di Tabawaha.
Seorang teman lantas bertanya, ustad yang menyampaikan hikmah maullid tersebut bernama siapa? Dengan santai saya menjawab beliau adalah salah satu dosen di IAIN Ternate, namanya Ustad Harun Ginoni. Teman tersebut, kembali menyela, hikmah maulid yang disampaikan, kita bisa menyimpulkan soal kedalaman ilmu agamanya. Bahwa beliau sangat kaya ilmu dan pengetahuan tentang agama.
Beliau termasuk seorang ustad yang kerap menyelipkan lelucon pada ceramahnya, sehingga disaat semua orang menyeriusi, dan tiba-tiba tergelak ramai. Walaupun, yang demikian sering kita saksikan pada setiap penceramah. Namun, salah satu keistimewaan dari beliau adalah ketika melempar gurauan, disertai ekspresi khasnya yang memantik semua orang tersentak tertawa.
Syahdan, suatu ketika pada hari ketujuh kepergian almarhum Yunus Ahadi (ayah dari Muhammad Yunus, staf di unit keuangan IAIN Ternate) beliau diminta memberi takziah, dan beliau menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga tali silahturahim, untuk memupuk perilaku sosial.
Kata beliau pada takziahnya, manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya tidak terlepas dari interaksi sosial. Untuk itu, orang yang selalu menjaga silahturahim, parktis dalam kehidupan sosial pasti disenangi banyak pihak.
Pesan yang disampaikan tersebut, tentu meresapi hati para undangan yang hadir kala itu, bahkan dari pesan soal menjaga silahturahim itu, menurut saya selain mengingatkan para undangan. Tentu, beliau mengingatkan dosen, dan pegawai administrasi, bahwa STAIN Ternate (sekarang IAIN), merupakan sebuah rumah besar, yang di dalamnya terdiri dari manusia beragam karakter, dituntut harus menjaga silahturahim. Agar interaksi yang berlangsung di kampus, dapat dinternalisasikan pada lingkungan sosial, sehingga rasa persaudaraan tetap kukuh.
Secara pribadi saya cukup beruntung. Lantaran banyak hal yang saya pelajari dari karakter mengagumkan dari sejumlah dosen senior, yang nantinya ter-cover rapih dalam benah, dan tentunya ditancapkan kuat dalam hati, untuk tetap mengikuti dan meniru laku keseharian yang mereka jalani selama berlangsungnya aktivitas di kampus.
Hal ini menurut saya sangat penting, agar apapun yang nantinya kita jalani selalu mengacu pada aturan normatif yang dijunjung dalam agama, seperti yang mereka tunjukkan selama ini, yakni akrab dan ramah terhadap sesama, juga tampil sederhana dan bersahaja.
Mengapa sangat penting? Sebab selama saya bekerja di kampus, Ustad Harun dan sejumlah dosen senior selalu mengekspresikan nilai-nilai humanis dalam aktivitas mereka.
Sulit rasanya, menyaksikan atau bahkan mendapati cerita soal mereka berperilaku buruk, seperti menzalimi orang, atau bahkan berselisih paham antarsesama dosen maupun pegawai administrasi, yang berimplikasi melemahkan ikatan tali silahturahim.
Namun, yang kerap saya saksikan dari Ustad Harun, dan sejumlah dosen senior di era STAIN Ternate adalah terus-menerus melempar senyum optimis, untuk membangun karakter mahasiswa, menguatkan sumbuh rasa dan tentunya membekali mahasiswa dengan ilmu yang banyak. Agar output yang dihasilkan kampus memberi manfaat kepada masyarakat, sehingga citra lembaga tetap harum di tengah masyarakat luas.
Karena Ustad Harun dan sejumlah dosen senior terus menggeliat dengan semangatnya. Sehingga, mahasiswa menjadi penyerap teladan. Puluhan tahun yang mereka lewati di kampus, menghadirkan ribuan kisah yang menjadi selimut sejarah untuk kampus. Dan salah satu dari kisah-kisah itu adalah soal keteladanan. Teladannya yang memberi pengaruh dahsyat bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
Dan cerita soal keteladan pun terus bergulir seiring perjalanan kampus, walaupun setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Namun, yang ditunjukkan Ustad Harun dan sejumlah dosen senior, menjadi spirit bagi generasi muda, untuk saling bahu membahu dalam mencerdaskan mahasiswa, dan tentunya menjaga ikatan tali silahturahim yang baik.
Perjalanan hidup setiap orang, tentu menghadirkan beragam kisah, yang bakal dikenang banyak orang. Jika sisi humanis yang dipancarkan memberi efek positif dan menginspirasikan, maka namanya tetap harum sepanjang usia zaman. Begitupun sebaliknya. Untuk itu, Ustad Harun dikenal sangat baik, lantaran pancaran muhibah-nya, selalu ia ekspresikan di kampus, maupun saat berada di lembaga pendidikan Al-Kahiraat Ternate.
Ustad Harun, merupakan satu dari sekian dosen senior yang kisahnya selalu saya apresiasi dalam bentuk tulisan. Dan’ secara pribadi, saya cukup bahagia menceritakan kisah mereka yang menginspirasikan saya. Batin saya pun selalu bergetar setiap kali menuliskan kisah para sosok inspiratif di kampus ini. Mereka yang memiliki semangat luar biasa untuk mendidik generasi muda di daerah ini, dan pantas untuk dikenang.
Ustad Harun dan sejumlah dosen senior memang telah tiada, namun sikap keteguhan hati; welas asih dan keserdahanaan mereka tetap tumbuh bersemayam dalam diri generasi muda di kampus ini. Untuk tetap meniru semangat dan kebijaksanaan mereka. Terlebih, tetap menghidupkan sumbuh rasa untuk memancarkan ketentraman, kesejukan dan keharmonisan, serta membumikan rahman dan rahim di lembaga yang tercinta ini.
Dedikasi dan loyalitas dari Ustad Harun memang sangat menginspirasikan banyak orang, terlebih generasi muda di kampus ini. Ia tak pernah kenal lelah mendidik dan membina mahasiswa, serta mengedukasi masyarakat dengan pesan-pesan moral. Kini beliau akhirnya dipanggil menghadap Sang Khaliq
Sebagai manusia yang tak luput dari dari dosa. Semasa hidup, almarhum tentu pernah berbuat salah, baik disengaja maupun tidak. Untuk itu, sebagai muridnya meminta semua pihak memaafkan segala khilaf yang pernah diperbuat almarhum, Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima semua amal baiknya, dan menempatkan almarhum di sisi-Nya.
Kabar tentang berpulangnya sosok kharismatik, Drs. H. Harun Ginoni, M.HI. Kabar duka itu pun perlahan-lahan merambah civitas akademika IAIN Ternate. Sontak, beragam platform media sosial yang mereka miliki pun riuh dengan kabar duka dari dosen pemurah senyum itu.
Ustad Harun, demikian akrab disapa oleh para dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. Ia merupakan dosen yang sangat disiplin menunaikan tugasnya sebagai akademisi di IAIN Ternate. Bahkan, semangatnya pun kontras dengan usianya. Lantaran di usia senjanya, tidak sedikit pun terlihat semangatnya memudar. Ia tetap mengibarkan semangat seperti dulu.
Selain dikenal disiplin menjalankan tugas, ustad Harun dicitrakan sebagai sosok pendiam, tenang, seperti air mengalir tentram. Konon, sejumlah dosen kerap bergurau, satu-satunya dosen yang patut diteladani adalah ustad Harun. Teladani soal sikap welas asih, kejujuran, disiplin, dan tentu kesederhanaannya.
Kesederhanaannya memang telah menjadi bagian yang lekat dengan kehidupannya. Di saat anak-anak muda datang ke kampus dengan mobil, beliau tetap tampil seadanya. Ia tak pernah mengobral kemewahan. Bahkan, sejak 2006 silam, kala saya resmi menjadi pegawai di STAIN Ternate, hingga kini saya tetap menyaksikan beliau lebih enjoi dengan sepeda motor butut miliknya.
Hal ini bukan berarti beliau tidak memiliki banyak uang, sehingga tak mampu membeli kendaraan seperti yang lainnya. Namun, sebagai seoarang ulama, beliau menunjukkan bahwa kemewahan bukan dari segalanya, melainkan yang terpenting adalah ilmu pengetahuan. Inilah membuat beliau sangat dihargai kapan saja dan di mana saja.
Bahkan, beliau termasuk satu-satunya akademisi yang kerap diandalkan, jika kampus ini melangsungkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ia sering tampil sebagai penceramah, untuk mengedukasi masyarakat.
Seperti yang ia tunjukkan pada perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw oktober lalu. Kala saya dan teman-teman asyik menikmati kopi di kelurahan Tabahawa, sambil menyimak pesan-pesan dakwahnya melalui pengeras suara pada salah satu masjid di Tabawaha.
Seorang teman lantas bertanya, ustad yang menyampaikan hikmah maullid tersebut bernama siapa? Dengan santai saya menjawab beliau adalah salah satu dosen di IAIN Ternate, namanya Ustad Harun Ginoni. Teman tersebut, kembali menyela, hikmah maulid yang disampaikan, kita bisa menyimpulkan soal kedalaman ilmu agamanya. Bahwa beliau sangat kaya ilmu dan pengetahuan tentang agama.
Beliau termasuk seorang ustad yang kerap menyelipkan lelucon pada ceramahnya, sehingga disaat semua orang menyeriusi, dan tiba-tiba tergelak ramai. Walaupun, yang demikian sering kita saksikan pada setiap penceramah. Namun, salah satu keistimewaan dari beliau adalah ketika melempar gurauan, disertai ekspresi khasnya yang memantik semua orang tersentak tertawa.
Syahdan, suatu ketika pada hari ketujuh kepergian almarhum Yunus Ahadi (ayah dari Muhammad Yunus, staf di unit keuangan IAIN Ternate) beliau diminta memberi takziah, dan beliau menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga tali silahturahim, untuk memupuk perilaku sosial.
Kata beliau pada takziahnya, manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya tidak terlepas dari interaksi sosial. Untuk itu, orang yang selalu menjaga silahturahim, parktis dalam kehidupan sosial pasti disenangi banyak pihak.
Pesan yang disampaikan tersebut, tentu meresapi hati para undangan yang hadir kala itu, bahkan dari pesan soal menjaga silahturahim itu, menurut saya selain mengingatkan para undangan. Tentu, beliau mengingatkan dosen, dan pegawai administrasi, bahwa STAIN Ternate (sekarang IAIN), merupakan sebuah rumah besar, yang di dalamnya terdiri dari manusia beragam karakter, dituntut harus menjaga silahturahim. Agar interaksi yang berlangsung di kampus, dapat dinternalisasikan pada lingkungan sosial, sehingga rasa persaudaraan tetap kukuh.
Secara pribadi saya cukup beruntung. Lantaran banyak hal yang saya pelajari dari karakter mengagumkan dari sejumlah dosen senior, yang nantinya ter-cover rapih dalam benah, dan tentunya ditancapkan kuat dalam hati, untuk tetap mengikuti dan meniru laku keseharian yang mereka jalani selama berlangsungnya aktivitas di kampus.
Hal ini menurut saya sangat penting, agar apapun yang nantinya kita jalani selalu mengacu pada aturan normatif yang dijunjung dalam agama, seperti yang mereka tunjukkan selama ini, yakni akrab dan ramah terhadap sesama, juga tampil sederhana dan bersahaja.
Mengapa sangat penting? Sebab selama saya bekerja di kampus, Ustad Harun dan sejumlah dosen senior selalu mengekspresikan nilai-nilai humanis dalam aktivitas mereka.
Sulit rasanya, menyaksikan atau bahkan mendapati cerita soal mereka berperilaku buruk, seperti menzalimi orang, atau bahkan berselisih paham antarsesama dosen maupun pegawai administrasi, yang berimplikasi melemahkan ikatan tali silahturahim.
Namun, yang kerap saya saksikan dari Ustad Harun, dan sejumlah dosen senior di era STAIN Ternate adalah terus-menerus melempar senyum optimis, untuk membangun karakter mahasiswa, menguatkan sumbuh rasa dan tentunya membekali mahasiswa dengan ilmu yang banyak. Agar output yang dihasilkan kampus memberi manfaat kepada masyarakat, sehingga citra lembaga tetap harum di tengah masyarakat luas.
Karena Ustad Harun dan sejumlah dosen senior terus menggeliat dengan semangatnya. Sehingga, mahasiswa menjadi penyerap teladan. Puluhan tahun yang mereka lewati di kampus, menghadirkan ribuan kisah yang menjadi selimut sejarah untuk kampus. Dan salah satu dari kisah-kisah itu adalah soal keteladanan. Teladannya yang memberi pengaruh dahsyat bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
Dan cerita soal keteladan pun terus bergulir seiring perjalanan kampus, walaupun setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Namun, yang ditunjukkan Ustad Harun dan sejumlah dosen senior, menjadi spirit bagi generasi muda, untuk saling bahu membahu dalam mencerdaskan mahasiswa, dan tentunya menjaga ikatan tali silahturahim yang baik.
Perjalanan hidup setiap orang, tentu menghadirkan beragam kisah, yang bakal dikenang banyak orang. Jika sisi humanis yang dipancarkan memberi efek positif dan menginspirasikan, maka namanya tetap harum sepanjang usia zaman. Begitupun sebaliknya. Untuk itu, Ustad Harun dikenal sangat baik, lantaran pancaran muhibah-nya, selalu ia ekspresikan di kampus, maupun saat berada di lembaga pendidikan Al-Kahiraat Ternate.
Ustad Harun, merupakan satu dari sekian dosen senior yang kisahnya selalu saya apresiasi dalam bentuk tulisan. Dan’ secara pribadi, saya cukup bahagia menceritakan kisah mereka yang menginspirasikan saya. Batin saya pun selalu bergetar setiap kali menuliskan kisah para sosok inspiratif di kampus ini. Mereka yang memiliki semangat luar biasa untuk mendidik generasi muda di daerah ini, dan pantas untuk dikenang.
Ustad Harun dan sejumlah dosen senior memang telah tiada, namun sikap keteguhan hati; welas asih dan keserdahanaan mereka tetap tumbuh bersemayam dalam diri generasi muda di kampus ini. Untuk tetap meniru semangat dan kebijaksanaan mereka. Terlebih, tetap menghidupkan sumbuh rasa untuk memancarkan ketentraman, kesejukan dan keharmonisan, serta membumikan rahman dan rahim di lembaga yang tercinta ini.
Dedikasi dan loyalitas dari Ustad Harun memang sangat menginspirasikan banyak orang, terlebih generasi muda di kampus ini. Ia tak pernah kenal lelah mendidik dan membina mahasiswa, serta mengedukasi masyarakat dengan pesan-pesan moral. Kini beliau akhirnya dipanggil menghadap Sang Khaliq
Sebagai manusia yang tak luput dari dari dosa. Semasa hidup, almarhum tentu pernah berbuat salah, baik disengaja maupun tidak. Untuk itu, sebagai muridnya meminta semua pihak memaafkan segala khilaf yang pernah diperbuat almarhum, Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima semua amal baiknya, dan menempatkan almarhum di sisi-Nya.