post-image

Gelar Kuliah Tamu Tentang Rekonstruksi Kurikulum, Program Pascasarjana IAIN Ternate Hadirkan Guru Besar UIN Makassar

TERNATE – Setelah melaksanakan kuliah tamu pada kamis (10/10/2024) lalu tentang pembangunan hukum ekonomi syari’ah di era digitalisasi dalam Tinjauan Hukum di Indonesia.

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Maluku Utara, kembali menggelar kuliah tamu untuk mahasiswa pascasarjana, kuliah tamu kali ini berlangsung di auditorium IAIN Ternate dengan menghadirkan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Prof Dr Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag.

Kuliah tamu bertajuk rekonstruksi kurikulum pendidikan Islam di era transformasi digital tersebut, selain diikuti oleh mahasiswa pada program studi pendidikan agama Islam (PAI) pascasarjana, juga diikuti mahasiswa strata satu pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Ternate.

Direktur Pascasarjana IAIN Ternate Dr H Samlan Hi Ahmad, M.Pd saat membuka kegiatan kuliah tamu mengatakan, kuliah tamu pada hakikatnya merupakan kegiatan menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi kepada mahasiswa.

“Kami tetap memusatkan perhatian untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mendalami ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang-bidang keilmuan di pascasarjana,” terang Samlan, senin (14/10/2024).

Terkait dengan tema yang diusung pada kuliah tamu kali ini, ketua majelis ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara itu menuturkan, kurikulum merupakan bagian terpenting atau ruh dalam sistem pendidikan.

Sehingga, mahasiswa harus wajib untuk memahami dan mengetahui secara mendalam perihal sebuah kurikulum dan perubahan-perubahan pada kurikulum pendidikan untuk menjawab kebutuhan zaman.

“Pada prinsipnya, dengan kuliah tamu ini setidaknya sebagai pengayaan keilmuan tentang betapa pentingnya perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah, dengan mengacu pada perkembangan ilmu dan pengetahuan,” jelasnya

“Karena Prof Hasyim Haddade merupakan pakar pada bidang kurikulum, sehingga kita semua bakal menyimak paparan yang disampaikan beliau terkait perubahan-perubahan kurikulum pendidikan yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan,” sambungnya.

Sementara Prof Dr Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag dalam paparnya menjelaskan, proses rekonstruksi kurikulum pendidikan Islam di Perguruan Tinggi dilakukan lantaran dianggap sangat penting dalam merespon perubahan zaman.

Menurut dia, perkembangan zaman merupakan keniscayaan yang dihadapi masyarakat, terutama soal perkembagan ilmu dan pengetahuan.
“Sering kita tidak menyadari bahwa dalam kehidupan, perubahan berlangsung begitu cepat, serta memberikan pengaruh yang cukup besar,” ujarnya

Wakil Direktur Program Pascasarjana UIN Makassar itu menjelaskan, perubahan zaman disertai perkembangan teknologi, sehingga mau tidak mau harus direspon secara cepat dan tepat dalam melakukan penyesuaian kurikulum pendidikan, agar menjawab tantangan yang dihadirkan oleh perubahan zaman.

“Sekarang ini perkembagan teknologi lebih cepat, apalagi dengan hadirnya teknologi-teknologi paling mutahir, dengan berbagai aplikasi-aplikasi yang ada,” ucapnya

Untuk kurikulum pendidikan Islam di Perguruan Tinggi, lanjut dia, penting mendapat perhatian agar menghasilkan para lulusan yang mampu menjawab tantangan zaman, hal ini, kata dia, sebagaimana ditegaskan oleh khalifah keempat Ali bin Abi Thalib yakni 'allimu auladakum bighairi ilmikum fa-innahum khuliqu lizamani ghairi zamanikum (Ajarilah anak-anak kalian tidak dengan cara dan ilmu kalian, karena mereka memiliki perilaku sesuai dengan konteks zamannya).

“Dan’ itu sudah terbukti, apa yang kita dihadapi dulu tentu berbeda tantangannya dengan yang dihadapi siswa dan mahasiswa di era saat ini,” ungkapnya

Lebih lanjut, dia menjelaskan, dengan perkembangan yang dihadapi saat ini, pada setiap lembaga pendidikan khususnya di perguruan tinggi Islam, perlu dipikirkan untuk merekonstruksi ulang kurikulum dalam merespon perkembangan zaman.

Langkah ini, menurut dia, penting dilakukan agar nantinya perguruan tinggi dapat menyiapkan lulusan yang memang betul-betul mampu menjawab segala dinamika, dan problematika kehidupan yang bakal dihadapi oleh para alumni.

“Jadi, sebagai tenaga pendidik, kita harus memikirkan terkait apa yang bakal kita hadapi saat ini, serta yang bakal bakal dihadapi mahasiswa pada 5 atau 10 mendatang,” katanya

“Masih layakkah dengan kurikulum yang ada saat ini, bisa mengantarkan atau menghasilkan lulusan yang siap pakai ketika perkembangan teknologi begitu cepat, yang membawa perubahan-perubahan di tengah-tengah kehidupan kita,” imbuhnya

Melihat perkembangan zaman saat ini, kurikulum pendidikan pada perguruan tinggi, kata dia, penting dilakukan telaah untuk melihat relevansinya, agar nantinya dilakukan rekonstruksi (penyusunan atau penggambaran kembali, red) kurikulum, agar mendorong mahasiswa memahami dan merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi.

“Makanya perlu dilihat relevansi kurikulum dengan perkembangan zaman, relevansinya seperti apa, apakah dalam kurikulum kita sekarang ini sudah ada mata kuliah yang mengkhususkan pada literasi digital, ataukah yang selama ini kita gunakan adalah kurikulum yang belum ada mata kuliah menitikberatkan pada aspek tersebut,” paparnya

Dia menambahkan, salah satu tujuan dari merekonstruksi kurikulum, khususnya kurikulum pendidikan Islam pada perguruan tinggi yakni, meningkatkan relevansi pembelajaran dengan teknologi, dan memberi jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan generasi digital saat ini.

“Kalau kita hanya tinggal diam dan tidak melakukan apa-apa, maka sudah pasti kita akan tertinggal dan terombang-ambing dengan perubahan-perubahan zaman yang terjadi,” tegasnya

Selain merekonstruksi kurikulum untuk merespon perkembangan teknologi, di sisi lain, menurut dia, penting juga mendapat perhatian adalah penguatan nilai-nilai Islam dalam kurikulum.

“Harus ada pikiran-pikiran yang berkaitan dengan kurikulum kita, terutama dalam menyiapkan lulusan yang siap memberikan jawaban dari tantangan zaman di masa akan datang,” pungkasnya.