
Ini Gagasan Pengembangan IAIN Ternate yang Disampaikan pada Acara Simposium Temu Alumni STAIN/IAIN Ternate Tahun 2025
TERNATE – Pelaksanaan simposium alumni yang dikemas dalam acara temu alumni STAIN/IAIN Ternate tahun 2025, yang berlangsung di auditorium kampus IAIN Ternate, Maluku Utara berjalan sukses.
Acara yang berlangsung pada Sabtu (5/7/2025) siang tepat pukul 11.00 wit itu, diikuti oleh ratusan alumni STAIN/IAIN Ternate lintas generasi yang tersebar di berbagai provinsi.
Pada kesempatan tersebut, panitia pelaksana temu alumni STAIN/IAIN Ternate menghadirkan sejumlah alumni IAIN Ternate yang saat ini mengemban jabatan publik di Maluku Utara, di antaranya Wakil Gubernur Maluku Utara, H Sarbin Sehe, S.Ag., M.Pd. Kakanwil Agama Maluku Utara, Drs Amar Manaf, M.Si, dan Wakil Bupati Halmahera Utara, Dr Kasman Hi Ahmad, M.Pd dan didampingi rektor IAIN Ternate, Prof Radjiman Ismail.
Acara simposium alumni diawali penyampaian dari rektor IAIN Ternate, Prof Radjiman Ismail terkait arah pengembangan kampus IAIN Ternate, serta terobosan yang dilakukan pada lima tahun terkahir untuk kampus yang berdiri pada tahun 1965 tersebut.
Prof Radjiman Ismail mengatakan, saat ini IAIN Ternate terus berbenah untuk bergerak menyonggsong transformasi IAIN menjadi Univeritas Islam Negeri Sultan Baabullah (UIN SUBA). Menurut dia, terobosan ini dilakukan demi menjawab impian para pendiri kampus, dan masyarakat Maluku Utara.
“Saat ini, IAIN Ternate terus melakukan perbaikan dalam rangka untuk kemajuan IAIN Ternate, saya kira tidak bisa kita lupakan jasa para pejuang sebelumnya, oleh dosen-dosen kita, para pemimpin kita sebelumnya dan kemudian sampai saat ini. Dan bapak ibu bisa saksikan bahwa inilah perkembangan IAIN ternate saat ini,” ujar Radjiman.
Radjiman yang juga menjabat sebagai Gam Madodoto di Kesultanan Ternate itu, mengungkapkan, IAIN Ternate telah melakukan transformasi sebanyak tiga kali, di mana sebelumnya kampus ini di bawah naungan IAIN Alauddin Ujung Pandang, kemudian resmi berdiri sendiri menjadi STAIN Ternate pada tahun 1997.
Setelah tranformasi menjadi STAIN, lanjut Radjiman, melalui berbagai upaya oleh para pemimpin sebelumnya, STAIN Ternate akhirnya beralih status pada tahun 2014 silam menjadi IAIN Ternate.
“Tapi saat ini nama STAIN masih familiar di tengah-tengah masyarakat, saya kira menjadi tanggungjawab alumni harus menjelaskan kepada masyarakat bahwa kampus ini tidak lagi bernama STAIN, melainkan telah berubah menjadi IAIN Ternate,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, setelah transformasi ke IAIN, berbagai upaya telah ditempuh untuk mendorong IAIN bergerak lebih cepat untuk bersaing dengan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) lainnya.
Upaya-upaya tersebut seperti penataan birokrasi kampus, pemyediaan lahan dan pembangunan infrastruktur, serta mendorong tenaga pendidik melanjutkan studi pada jennjang doktoral, begitupun juga dengan tenaga kependidikan, dan mengupayakan para tenaga pendidik yang telah memenuhi kualifikasi meraih jabatan guru besar untuk berkonsentrasi meraih jabatan akademik tertinggi tersebut.
“Alhamdulillah, sekarang kita sudah punya rencana melakukan transformasi ke UIN,” katanya.
Dia menjelaskan, perhatian pada alih status memang terantuk berbagai macam persyaratan penting yang dipersyaratkan oleh kementerian agama. Namun, syarat-syarat tersebut, kata dia, mulai dipenuhi, sehingga tinggal menyisakan satu syarat, yakni mendongkrak jumlah mahasiswa.
“Kalau dipotret dari ketersedian lahan, saat ini IAIN Ternate memiliki lahan seluas 2 hektar lebih di kampus I, sementara di kampus II yang berada di kelurahan Gambesi Ternate Selatan, memiliki lahan 2,6 hektar, sedangkan lahan baru di desa Dodinga kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat seluas 19,6 hektar,” terangnya.
“Dari syarat ini kita sudah penuhi, dan sarana prasarana, alhamdulillah kita sudah penuhi,” imbuhnya.
Selain menaruh perhatian pada sarana prasana, guru besar dalam bidang ilmu teknologi pendidikan IAIN Ternate itu menjelaskan, guru besar yang menjadi persyaratan alih status pun menjadi perhatian, lantaran hingga saat ini IAIN Ternate baru memiliki 3 guru besar.
“Kemudian soal SDM, kualifikasi pendidikan juga sudah terpenuhi, kemudian Guru Besar juga yang dipersyaratkan harus 4, saat ini kita punya 3 kemudian 1 pensiun. Sehingga menyisakan 2 orang, dan saat ini kami mendorong sejumlah dosen untuk meraih gelar guru besar,” tuturnya.
Dia mengatakan, soal sejumlah syarat untuk menancapkan langkah ke UIN menurut dia sangat mudah dipenuhi, namun ada satu syarat yang harus butuh konsentrasi penuh yakni terkait peningkatan jumlah mahasiswa.
Menurut dia, saat ini persaingan perguruan tinggi sangat kompetitif dengan menawarkan program studi yang menjanjikan untuk alumni, serta minat masyarakat untuk lanjut studi karena terbentur masalah ekonomi juga menjadi indikator menurunnya minat anak muda lanjut studi.
“Jumlah mahasiswa yang disyaratkan dalam peraturan alih satus yaitu jumlah mahasiswa yang harus dipenuhi adalah 4.632 mahasiswa. Sementara mahasiswa kita sekarang dari 4 fakultas dan program pascasarjana, masih berada pada angka tiga ribu lebih, karena itu, kita masih kekurangan mahasiswa sebanyak 1.200 mahasiswa,” ungkapnya.
“Terkadang yang proses masuk dan keluar, kadang tidak berimbang, yakni keluarnya banyak, tapi masuknya sedikit. Tren menurunnya partisipasi masuk di kampus ini ada beberapa faktor, di antaranya adalah masalah ekonomi,” sambungnya.
Radjiman mengungkapkan, hingga sejauh ini IAIN Ternate terus melakukan terobosan secara terukur, yakni bukan saja menargetkan penambahan jumlah mahasiswa pada setiap tahun, tapi di sisi lain, perhatian penuh dalam menghasilkan alumni yang berkualitas demi menjawab visinya sebagai rektor IAIN Ternate, yakni mencetak SDM unggul di Maluku Utara melalui IAIN Ternate.
Selain itu, hal penting yang juga menjadi perhatian adalah menjamin keberlangungan pendidikan mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu di IAIN Ternate. Langkah ini, kata dia, ditempuh dengan membentuk unit pengumpul zakat (UPZ) yang menghimpun zakat dan sumbangan dari tenaga pendidik di IAIN Ternate, untuk membantu mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu.
“Terkadang mahasiswa kita banyak yang stop di tengah jalan, ketika dikroscek mengapa demikian, ternyata UKT yang jadi masalah, untuk itu langkah yang kami ambil adalah membentuk UPZ. Dan alhamdulillah, walaupun yang berpartisipasi dalam menyumbang ke UPZ sebanyak 60 orang. Dan setiap bulan itu diangka Rp 6 juta lebih, dan tahun 2024 kita telah membantu mahasisw yang kurang mampu itu sebanyak 36 orang,” bebernya.
Radjiman menambahkan, upaya-upaya untuk menjamin kelangsungan pendidikan mahasiswa kurang mampu di IAIN Ternate, juga melalui sejumlah bantuan beasiswa mulai dari beasiswa KIP-Kuliah, beasiswa Bank Indonesia, beasiswa Kemendes PDTT, beasiswa tahfiz, serta bantuan beasiswa dari Pemda.
“Oleh karena itu, saya berharap melalui forum ini, kita menggagas terkait dengan beasiswa alumni,” tandasnya.
Respon terhadap paparan rektor IAIN Ternate, wakil gubernur Maluku Utara H Sarbin Sehe yang juga sebagai alumni IAIN Ternate mengatakan, transformasi IAIN ke UIN memang menjadi cita-cita dan harapan masyarakat Maluku Utara.
Walaupun begitu, dirinya meminta kepada rektor dan jajaran pimpinan harus lebih optimal dalam mewujudkan tata kelola kampus secara baik demi mewujudkan cita-cita dan harapan masyarakat tersebut.
“Oleh karena itu, tata kelola untuk mewujudkan mimpi harus dilakukan dengan baik, melalui syarat-syarat formal, syarat administrasi lainnya, sehingga pada saatnya bisa terwujud impian kita,” pintanya.
Mantan Kakanwil Maluku Utara dan Sulawesi Utara itu, juga melontar solusi terkait cara meningkatkan jumlah mahasiswa di IAIN Ternate, menurut dia, saat ini rektor dan sivitias akademika harus menjejaki kerja sama dengan Kanwil Agama Maluku Utara, agar pihak Kanwil Agama Malut dapat mendorong para aparatur sipil negara (ASN) di lingkung Kanwil Malut untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate; baik untuk jenjang S-1 maupun S-2.
“Pak Kanwil Agama Malut punya pasukan yang cukup banyak yang belum S-1 harus didorong ke S-1, begitupun yang S-1 harus diberi motivasi untuk lanjut ke jenjang S-2 IAIN Ternate, sehingga terdata di sistem dan bisa memenuhi jumlah mahasiswa sebagaimana dipersyaratkan untuk memudahkan langkah IAIN menjadi UIN,” katanya.
Wagub berharap, jika IAIN Ternate menuntaskan impian masyarakat maluku utara dengan meraih status UIN, setidaknya harus berpikir untuk pembangunan kampus di ibu kota Sofifi.
Menurut dia, saat ini, pembangunan kampus tidak lagi terkonsentrasi pada gedung yang tinggi dan mewah, dan hanya berada pada satu tempat, melainkan pembangunan kampus juga menyebar di setiap wilayah dan sistem perkuliahan juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana proses perkuliahan memanfaatkan teknologi informasi.
“Kita juga berharap kampus ini ke depan juga menggelar proses perkuliahan di Sofifi, Karena dunia digital telah menyatukan kita di berbagai wilayah, sehingga itu kampus tidak mestinya satu tempat. Minimal 3-4 kedepan sudah ada mahasiswa kuliah di Sofifi.” pintanya.
“Karena dengan kecanggihan teknologi saat ini, orang tidak lagi membutuhkan gedung-gedung besar,” imbuhnya.
Wagub juga menyentil terkait kehadiran program studi baru di IAIN Ternate, menurut dia, selain perhatian pada transformasi IAIN ke UIN, aspek terpenting lainnya yang menjadi perhatian adalah IAIN Ternate harus memproyeksikan prodi-prodi apa saja yang harus di hadirkan dalam menjawab pangsa pasar.
“Harus ada prodi-prodi berbasis masa depan, yakni prodi yang menghidupkan orang di masa depan,” cetusnya.
“Seperti program studi yang menjamin setelah lulus kuliah cepat terserap di dunia kerja. Ini yang saya kira harus terus telaah oleh kampus, sehingga animo masyarakat ke IAIN sangat tinggi,” pungkasnya.
Semntara itu, Wakil Bupati Halmahera Utara Dr Kasman Hi Ahmad, mengungkapkan bahwa berdasarkan ketentuan pendirian sebuah univeritas, harus memnuhi 5 syarat penting sebagaimana dipersyaratkan konstitusi.
Menurut dia, jika penting melakukan langkah alih status, harus menitikberatkan pada kebutuhan masyarakat. Untuk itu, dia menyarankan kepada tim alih status harus membuat asesmen yang mendalam, untuk merasionalkan bahwa Maluku Utara benar-benar membutuhkan hadirnya UIN.
“Bahwa memang kampus ini butuh harus alih status ke UIN,” katanya
Mantan Rektor Univeritas Muhammadiyah Maluku Utara, itu juga menekankan soal perhatian pada program studi, dia menilai harus memikirkan secara cermat terkait masa prodi-prodi di IAIN Ternate.
Menurut dia, saat ini harus benar-benar dianlisisi dan diperhatikan, terkait prodi-prodi apa saja yang memiliki masa kejenuhan di atas 20 tahun. Sehingga, harus dapat dipetakan dan dipikirkan untuk dileburkan.
“Seperti prodi sosiologi di fisip yang dinilai sudah mengalami kejenuhan, begitu juga dengan prodi keagamaan, kecuali prodi tersebut dilebur dalam program Dirasah Islamiyah. Kalau seluruh prodi keagamaan disatukan dalam satu program Dirasa Islamiyah, maka dia memiliki konsentrasi yang dibutuhkan untuk kajian-kajian keagamaan di masa depan,” terangnya.
Dia juga menyarankan kepada rektor IAIN Ternate, agar harus memikirkan menghadirkan prodi yang menaruh perhatian pada keahlian, agar IAIN Ternate selalu bersaing dalam dunia kerja. Dan salah satu prodi yang ditawarkan adalah prodi berbasis bisnis ekonomi dan digital.
“Saat ini kampus ditantang oleh digital, karena orang yang tidak sekolah bisa akses teknologi innformasi, nah kira-kira bagaimana didesain dalam sebuah program studi untuk menjawab permasalahan tersebut,” lontarnya.
Untuk mendorong generasi muda melanjutkan studi di IAIN Ternate, dia meminta kepada rektor IAIN Ternate harus membuat terobosan memanfaatkan para alumni dengan pendekatan anak asuh.
Karena, menurut dia, terobosan anak asuh dapat men-drive anak-anak muda setiap tahun melanjutkan studi di IAIN Ternate.
Solusi, saya kira rektor membuat terobosan untuk alumni berpacu dalam mendorong generasi muda melanjutkan studi di IAIN Ternate seperti dengan pendekatan anak asuh.
“Saya kira program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), juga menjadi solusi dalam menjawab kegelisahan sivitas akademika IAIN Ternate soal minimnya mahasiswa,” tandasnya.
Sedangkan Kakanwil Agama Maluku Utara Drs Amar Manaf, M.Si, menegaskan bahwa dirinya siap membantu pihah IAIN Ternate, dan langkah yang ditempuh adalah mendorong ASN di lingkup kemenag Maluku Utara untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate.
Dia mengatakan, hingga sejauh ini ada 865 PPPK di Kanwil Kemenag Malut yang belum bergelar S-1, dan jumlah tersebut diupayakan agar dapat melanjutkan studi di IAIN Ternate. Sedangkan ASN yang bergelar sarjana di Kanwil Kemenag Malut, lanjut dia, berjumlah 2.965 orang.
“Kalau untuk memenuhi 1.000 mahasiswa sebagaimana disampaikan rektor IAIN Ternate, saya kira mungkin di atas 80 persen dapat dituntaskan Kanwil Kemenag Malut,” cetusnya.
Hanya saja, dia meminta kepada pihak tenaga pendidik di IAIN Ternate agar jangan mempersulit mahasiswa, lantaran secara status ASN dari Kanwil Kemenag Malut terikat dengan pekerjaan sebagai abdi negara, yang dituntut selain melanjutkan studi, di sisi lain mereka juga konsentrasi pada tugas pokoknya.
“Seperti berilah kemudahan saat melakukan pendaftaran, dan tidak perlu ke kampus, begitupun soal kemudahan dalam hal UKT, karena rata-rata PPPK memiliki pendapatan ttidak sama seperti ASN pada umumnya,” ujarnya.
“Kalau hal ini diberi kemudahan oleh Perguruan Tinggi, saya siap bertarung untuk memenuhi harapan rektor IAIN, jadi ini bagian dari saya selaku alumni untuk ikut memecahkan persoalan yang dihadapi IAIN Ternate, sekaligus memudahkan langkah IAIN bertransformasi menjadi UIN,” pungkas Amar.
Acara yang berlangsung pada Sabtu (5/7/2025) siang tepat pukul 11.00 wit itu, diikuti oleh ratusan alumni STAIN/IAIN Ternate lintas generasi yang tersebar di berbagai provinsi.
Pada kesempatan tersebut, panitia pelaksana temu alumni STAIN/IAIN Ternate menghadirkan sejumlah alumni IAIN Ternate yang saat ini mengemban jabatan publik di Maluku Utara, di antaranya Wakil Gubernur Maluku Utara, H Sarbin Sehe, S.Ag., M.Pd. Kakanwil Agama Maluku Utara, Drs Amar Manaf, M.Si, dan Wakil Bupati Halmahera Utara, Dr Kasman Hi Ahmad, M.Pd dan didampingi rektor IAIN Ternate, Prof Radjiman Ismail.
Acara simposium alumni diawali penyampaian dari rektor IAIN Ternate, Prof Radjiman Ismail terkait arah pengembangan kampus IAIN Ternate, serta terobosan yang dilakukan pada lima tahun terkahir untuk kampus yang berdiri pada tahun 1965 tersebut.
Prof Radjiman Ismail mengatakan, saat ini IAIN Ternate terus berbenah untuk bergerak menyonggsong transformasi IAIN menjadi Univeritas Islam Negeri Sultan Baabullah (UIN SUBA). Menurut dia, terobosan ini dilakukan demi menjawab impian para pendiri kampus, dan masyarakat Maluku Utara.
“Saat ini, IAIN Ternate terus melakukan perbaikan dalam rangka untuk kemajuan IAIN Ternate, saya kira tidak bisa kita lupakan jasa para pejuang sebelumnya, oleh dosen-dosen kita, para pemimpin kita sebelumnya dan kemudian sampai saat ini. Dan bapak ibu bisa saksikan bahwa inilah perkembangan IAIN ternate saat ini,” ujar Radjiman.
Radjiman yang juga menjabat sebagai Gam Madodoto di Kesultanan Ternate itu, mengungkapkan, IAIN Ternate telah melakukan transformasi sebanyak tiga kali, di mana sebelumnya kampus ini di bawah naungan IAIN Alauddin Ujung Pandang, kemudian resmi berdiri sendiri menjadi STAIN Ternate pada tahun 1997.
Setelah tranformasi menjadi STAIN, lanjut Radjiman, melalui berbagai upaya oleh para pemimpin sebelumnya, STAIN Ternate akhirnya beralih status pada tahun 2014 silam menjadi IAIN Ternate.
“Tapi saat ini nama STAIN masih familiar di tengah-tengah masyarakat, saya kira menjadi tanggungjawab alumni harus menjelaskan kepada masyarakat bahwa kampus ini tidak lagi bernama STAIN, melainkan telah berubah menjadi IAIN Ternate,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, setelah transformasi ke IAIN, berbagai upaya telah ditempuh untuk mendorong IAIN bergerak lebih cepat untuk bersaing dengan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) lainnya.
Upaya-upaya tersebut seperti penataan birokrasi kampus, pemyediaan lahan dan pembangunan infrastruktur, serta mendorong tenaga pendidik melanjutkan studi pada jennjang doktoral, begitupun juga dengan tenaga kependidikan, dan mengupayakan para tenaga pendidik yang telah memenuhi kualifikasi meraih jabatan guru besar untuk berkonsentrasi meraih jabatan akademik tertinggi tersebut.
“Alhamdulillah, sekarang kita sudah punya rencana melakukan transformasi ke UIN,” katanya.
Dia menjelaskan, perhatian pada alih status memang terantuk berbagai macam persyaratan penting yang dipersyaratkan oleh kementerian agama. Namun, syarat-syarat tersebut, kata dia, mulai dipenuhi, sehingga tinggal menyisakan satu syarat, yakni mendongkrak jumlah mahasiswa.
“Kalau dipotret dari ketersedian lahan, saat ini IAIN Ternate memiliki lahan seluas 2 hektar lebih di kampus I, sementara di kampus II yang berada di kelurahan Gambesi Ternate Selatan, memiliki lahan 2,6 hektar, sedangkan lahan baru di desa Dodinga kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat seluas 19,6 hektar,” terangnya.
“Dari syarat ini kita sudah penuhi, dan sarana prasarana, alhamdulillah kita sudah penuhi,” imbuhnya.
Selain menaruh perhatian pada sarana prasana, guru besar dalam bidang ilmu teknologi pendidikan IAIN Ternate itu menjelaskan, guru besar yang menjadi persyaratan alih status pun menjadi perhatian, lantaran hingga saat ini IAIN Ternate baru memiliki 3 guru besar.
“Kemudian soal SDM, kualifikasi pendidikan juga sudah terpenuhi, kemudian Guru Besar juga yang dipersyaratkan harus 4, saat ini kita punya 3 kemudian 1 pensiun. Sehingga menyisakan 2 orang, dan saat ini kami mendorong sejumlah dosen untuk meraih gelar guru besar,” tuturnya.
Dia mengatakan, soal sejumlah syarat untuk menancapkan langkah ke UIN menurut dia sangat mudah dipenuhi, namun ada satu syarat yang harus butuh konsentrasi penuh yakni terkait peningkatan jumlah mahasiswa.
Menurut dia, saat ini persaingan perguruan tinggi sangat kompetitif dengan menawarkan program studi yang menjanjikan untuk alumni, serta minat masyarakat untuk lanjut studi karena terbentur masalah ekonomi juga menjadi indikator menurunnya minat anak muda lanjut studi.
“Jumlah mahasiswa yang disyaratkan dalam peraturan alih satus yaitu jumlah mahasiswa yang harus dipenuhi adalah 4.632 mahasiswa. Sementara mahasiswa kita sekarang dari 4 fakultas dan program pascasarjana, masih berada pada angka tiga ribu lebih, karena itu, kita masih kekurangan mahasiswa sebanyak 1.200 mahasiswa,” ungkapnya.
“Terkadang yang proses masuk dan keluar, kadang tidak berimbang, yakni keluarnya banyak, tapi masuknya sedikit. Tren menurunnya partisipasi masuk di kampus ini ada beberapa faktor, di antaranya adalah masalah ekonomi,” sambungnya.
Radjiman mengungkapkan, hingga sejauh ini IAIN Ternate terus melakukan terobosan secara terukur, yakni bukan saja menargetkan penambahan jumlah mahasiswa pada setiap tahun, tapi di sisi lain, perhatian penuh dalam menghasilkan alumni yang berkualitas demi menjawab visinya sebagai rektor IAIN Ternate, yakni mencetak SDM unggul di Maluku Utara melalui IAIN Ternate.
Selain itu, hal penting yang juga menjadi perhatian adalah menjamin keberlangungan pendidikan mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu di IAIN Ternate. Langkah ini, kata dia, ditempuh dengan membentuk unit pengumpul zakat (UPZ) yang menghimpun zakat dan sumbangan dari tenaga pendidik di IAIN Ternate, untuk membantu mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu.
“Terkadang mahasiswa kita banyak yang stop di tengah jalan, ketika dikroscek mengapa demikian, ternyata UKT yang jadi masalah, untuk itu langkah yang kami ambil adalah membentuk UPZ. Dan alhamdulillah, walaupun yang berpartisipasi dalam menyumbang ke UPZ sebanyak 60 orang. Dan setiap bulan itu diangka Rp 6 juta lebih, dan tahun 2024 kita telah membantu mahasisw yang kurang mampu itu sebanyak 36 orang,” bebernya.
Radjiman menambahkan, upaya-upaya untuk menjamin kelangsungan pendidikan mahasiswa kurang mampu di IAIN Ternate, juga melalui sejumlah bantuan beasiswa mulai dari beasiswa KIP-Kuliah, beasiswa Bank Indonesia, beasiswa Kemendes PDTT, beasiswa tahfiz, serta bantuan beasiswa dari Pemda.
“Oleh karena itu, saya berharap melalui forum ini, kita menggagas terkait dengan beasiswa alumni,” tandasnya.
Respon terhadap paparan rektor IAIN Ternate, wakil gubernur Maluku Utara H Sarbin Sehe yang juga sebagai alumni IAIN Ternate mengatakan, transformasi IAIN ke UIN memang menjadi cita-cita dan harapan masyarakat Maluku Utara.
Walaupun begitu, dirinya meminta kepada rektor dan jajaran pimpinan harus lebih optimal dalam mewujudkan tata kelola kampus secara baik demi mewujudkan cita-cita dan harapan masyarakat tersebut.
“Oleh karena itu, tata kelola untuk mewujudkan mimpi harus dilakukan dengan baik, melalui syarat-syarat formal, syarat administrasi lainnya, sehingga pada saatnya bisa terwujud impian kita,” pintanya.
Mantan Kakanwil Maluku Utara dan Sulawesi Utara itu, juga melontar solusi terkait cara meningkatkan jumlah mahasiswa di IAIN Ternate, menurut dia, saat ini rektor dan sivitias akademika harus menjejaki kerja sama dengan Kanwil Agama Maluku Utara, agar pihak Kanwil Agama Malut dapat mendorong para aparatur sipil negara (ASN) di lingkung Kanwil Malut untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate; baik untuk jenjang S-1 maupun S-2.
“Pak Kanwil Agama Malut punya pasukan yang cukup banyak yang belum S-1 harus didorong ke S-1, begitupun yang S-1 harus diberi motivasi untuk lanjut ke jenjang S-2 IAIN Ternate, sehingga terdata di sistem dan bisa memenuhi jumlah mahasiswa sebagaimana dipersyaratkan untuk memudahkan langkah IAIN menjadi UIN,” katanya.
Wagub berharap, jika IAIN Ternate menuntaskan impian masyarakat maluku utara dengan meraih status UIN, setidaknya harus berpikir untuk pembangunan kampus di ibu kota Sofifi.
Menurut dia, saat ini, pembangunan kampus tidak lagi terkonsentrasi pada gedung yang tinggi dan mewah, dan hanya berada pada satu tempat, melainkan pembangunan kampus juga menyebar di setiap wilayah dan sistem perkuliahan juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana proses perkuliahan memanfaatkan teknologi informasi.
“Kita juga berharap kampus ini ke depan juga menggelar proses perkuliahan di Sofifi, Karena dunia digital telah menyatukan kita di berbagai wilayah, sehingga itu kampus tidak mestinya satu tempat. Minimal 3-4 kedepan sudah ada mahasiswa kuliah di Sofifi.” pintanya.
“Karena dengan kecanggihan teknologi saat ini, orang tidak lagi membutuhkan gedung-gedung besar,” imbuhnya.
Wagub juga menyentil terkait kehadiran program studi baru di IAIN Ternate, menurut dia, selain perhatian pada transformasi IAIN ke UIN, aspek terpenting lainnya yang menjadi perhatian adalah IAIN Ternate harus memproyeksikan prodi-prodi apa saja yang harus di hadirkan dalam menjawab pangsa pasar.
“Harus ada prodi-prodi berbasis masa depan, yakni prodi yang menghidupkan orang di masa depan,” cetusnya.
“Seperti program studi yang menjamin setelah lulus kuliah cepat terserap di dunia kerja. Ini yang saya kira harus terus telaah oleh kampus, sehingga animo masyarakat ke IAIN sangat tinggi,” pungkasnya.
Semntara itu, Wakil Bupati Halmahera Utara Dr Kasman Hi Ahmad, mengungkapkan bahwa berdasarkan ketentuan pendirian sebuah univeritas, harus memnuhi 5 syarat penting sebagaimana dipersyaratkan konstitusi.
Menurut dia, jika penting melakukan langkah alih status, harus menitikberatkan pada kebutuhan masyarakat. Untuk itu, dia menyarankan kepada tim alih status harus membuat asesmen yang mendalam, untuk merasionalkan bahwa Maluku Utara benar-benar membutuhkan hadirnya UIN.
“Bahwa memang kampus ini butuh harus alih status ke UIN,” katanya
Mantan Rektor Univeritas Muhammadiyah Maluku Utara, itu juga menekankan soal perhatian pada program studi, dia menilai harus memikirkan secara cermat terkait masa prodi-prodi di IAIN Ternate.
Menurut dia, saat ini harus benar-benar dianlisisi dan diperhatikan, terkait prodi-prodi apa saja yang memiliki masa kejenuhan di atas 20 tahun. Sehingga, harus dapat dipetakan dan dipikirkan untuk dileburkan.
“Seperti prodi sosiologi di fisip yang dinilai sudah mengalami kejenuhan, begitu juga dengan prodi keagamaan, kecuali prodi tersebut dilebur dalam program Dirasah Islamiyah. Kalau seluruh prodi keagamaan disatukan dalam satu program Dirasa Islamiyah, maka dia memiliki konsentrasi yang dibutuhkan untuk kajian-kajian keagamaan di masa depan,” terangnya.
Dia juga menyarankan kepada rektor IAIN Ternate, agar harus memikirkan menghadirkan prodi yang menaruh perhatian pada keahlian, agar IAIN Ternate selalu bersaing dalam dunia kerja. Dan salah satu prodi yang ditawarkan adalah prodi berbasis bisnis ekonomi dan digital.
“Saat ini kampus ditantang oleh digital, karena orang yang tidak sekolah bisa akses teknologi innformasi, nah kira-kira bagaimana didesain dalam sebuah program studi untuk menjawab permasalahan tersebut,” lontarnya.
Untuk mendorong generasi muda melanjutkan studi di IAIN Ternate, dia meminta kepada rektor IAIN Ternate harus membuat terobosan memanfaatkan para alumni dengan pendekatan anak asuh.
Karena, menurut dia, terobosan anak asuh dapat men-drive anak-anak muda setiap tahun melanjutkan studi di IAIN Ternate.
Solusi, saya kira rektor membuat terobosan untuk alumni berpacu dalam mendorong generasi muda melanjutkan studi di IAIN Ternate seperti dengan pendekatan anak asuh.
“Saya kira program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), juga menjadi solusi dalam menjawab kegelisahan sivitas akademika IAIN Ternate soal minimnya mahasiswa,” tandasnya.
Sedangkan Kakanwil Agama Maluku Utara Drs Amar Manaf, M.Si, menegaskan bahwa dirinya siap membantu pihah IAIN Ternate, dan langkah yang ditempuh adalah mendorong ASN di lingkup kemenag Maluku Utara untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate.
Dia mengatakan, hingga sejauh ini ada 865 PPPK di Kanwil Kemenag Malut yang belum bergelar S-1, dan jumlah tersebut diupayakan agar dapat melanjutkan studi di IAIN Ternate. Sedangkan ASN yang bergelar sarjana di Kanwil Kemenag Malut, lanjut dia, berjumlah 2.965 orang.
“Kalau untuk memenuhi 1.000 mahasiswa sebagaimana disampaikan rektor IAIN Ternate, saya kira mungkin di atas 80 persen dapat dituntaskan Kanwil Kemenag Malut,” cetusnya.
Hanya saja, dia meminta kepada pihak tenaga pendidik di IAIN Ternate agar jangan mempersulit mahasiswa, lantaran secara status ASN dari Kanwil Kemenag Malut terikat dengan pekerjaan sebagai abdi negara, yang dituntut selain melanjutkan studi, di sisi lain mereka juga konsentrasi pada tugas pokoknya.
“Seperti berilah kemudahan saat melakukan pendaftaran, dan tidak perlu ke kampus, begitupun soal kemudahan dalam hal UKT, karena rata-rata PPPK memiliki pendapatan ttidak sama seperti ASN pada umumnya,” ujarnya.
“Kalau hal ini diberi kemudahan oleh Perguruan Tinggi, saya siap bertarung untuk memenuhi harapan rektor IAIN, jadi ini bagian dari saya selaku alumni untuk ikut memecahkan persoalan yang dihadapi IAIN Ternate, sekaligus memudahkan langkah IAIN bertransformasi menjadi UIN,” pungkas Amar.